Sabtu, 01 Juli 2017

puisiku


Rindu
Seringkali kau tak percaya
ketika aku menyampaikan rindu padamu
Memang aku terlalu sering
menyampaikan kerinduan padamu
Entah karena pertemuan kita yang sudah lama
atau memang aku yang hobi merindukanmu
Kau bagaikan tokoh utama dalam sinetron
yang selalu ku nanti kehadirannya


Pertemuan Singkat
Kuharap ini jawaban atas kerinduan yang kurasa selama ini
Pertemuan, ya. Tak salah lagi kita akan bertemu
Sekadar melepas rinduku yang sudah memucuk
Barang sebentar tak apa
Pun aku sudah senang bertemu dengan sosok kehadiranmu
            Malam ini kau terlihat tampan di depan mataku
            Kaos oblong pendek dan celana jeans panjang yang kau kenakan
            Nampak membuatmu terlihat paling tampan di hadapanku
            Rambut kau tata dengan rapi
Bagaikan model iklan pomade di televisi
            Ku ingin episode ini tidak cepat berakhir

cerpen



Hadiah untuk Ibu
Aku bukan anak tunggal, aku masih mempunyai seorang kakak dan seorang adik. Tetapi ibu selalu mengeluhkan semua masalah kepadaku, bukan kepada kakakku. Aku sering merasa kasihan melihat ibu yang sedang sakit. Ia sering bilang kepadaku, “Nak, kamu harus menjadi orang yang berhasil supaya ibu bangga dengan anak ibu yang satu ini.” Tak pernah ku lupa kalimat itu, selalu ku ingat dalam setiap langkah yang akan ku lalui. Ada satu peristiwa yang ku ingat benar, ketika aku hampir lulus SMA dan bingung hendak melanjutkan kemana. Mengambil kuliah di luar kota yang jauh dari keluarga atau bekerja dan sering berjumpa keluarga. Aku harus mengambil keputusan dengan tepat dan  ibu selalu merestui apa yang akan kupilih.
“Ibu, Wulan bingung harus melanjutkan kemana? Kalau Wulan kuliah di luar kota bakalan jarang berjumpa dengan ibu. Rasanya Wulan tak ingin jauh dari ibu.”
“Nak, kamu harus percaya dengan pilihanmu nantinya dan harus siap apapun resikonya. Kalau Wulan bekerja, berarti kamu harus merelakan pendidikanmu. Tapi apakah kamu yakin tidak ingin kuliah saja seperti teman-temanmu.”
“Tapi bagaimana dengan biaya jika Wulan kuliah, bu?”
“Kamu tak perlu memikirkan hal itu, ibu akan berusaha semaksimal mungkin untuk anak ibu ini.yang terpenting kamu kuliah nak.”
“Tidak, bu. Wulan tak ingin jika Ibu harus bekerja terus. Biarkan Wulan bekerja memenuhi segala kebutuhan Ibu, kasihan Ibu sedang sakit jika terus bekerja.”
Hari ini pegumuman kelulusan, aku mendapat nilai yang baik meskipun bukan yang terbaik. Ibu begitu bangga megetahui hasil belajarku selama ini tidak sia-sia. Satu hal lagi kabar yang menggembirakan bahwa aku mendapat surat dari Universitas yang aku impikan bahwa aku diterima dan mendapat beasiswa. Betapa terharunya aku mengetahui hal ini. Aku memeluk Ibu sambil meneteskan air mata karena tak tahan mengetahui kabar gembira yang tak pernah kuduga sebelumnya. Namun aku juga sedih karena jika aku kuliah berarti aku akan jauh dari Ibu.
“Kamu kenapa menangis Nak? Bukankah ini semua yang kamu inginkan, kuliah di Universitas impianmu bahkan banyak orang ingin berada di posisimu.”
“Aku sedih jika harus kuliah di luar kota dan jauh dari Ibu.”
“Kejarlah cita-citamu Nak, ibu akan bangga jika kelak anak ibu yang satu ini menjadi orang yang berhasil dan dikagumi banyak orang.”
“Doakan Wulan ya, bu. Pokoknya Wulan gak akan ngecewain ibu.”
“Tanpa kamu meminta, ibu selalu mendoakan anak ibu setiap hari supaya menjadi anak yang baik dan membanggakan orangtua.”
“Terima kasih bu, Wulan sayang Ibu.” Sambil memeluk ibu penuh dengan kasih sayang.
Selang beberapa minggu dari kelulusan, aku berangkat ke Bandung dengan temanku Indah yang juga diterima di Universitas yang sama. Kami berangkat diantar oleh orangtua Indah naik mobilnya supaya lebih hemat biaya kata orangtuanya. Bersyukurnya aku mempunyai teman yang baik seperti Indah, bahkan orangtuanya menganggapku sudah layaknya seperti anak mereka. Tak lupa aku berpamitan kepada Ibu, rasanya aku tak tega melihat ibu meneteskan air mata melepas kepergianku untuk menuntut ilmu di luar kota.
Bandung, ya kota ini akan kupijaki selama aku menuntut ilmu disini. Aku menaruh harapan banyak dari kota ini, semoga ini salah satu jalan menuju kesuksesanku. Tak lain semua ini hanyalah untuk menyenangkan Ibu. Sebab kulihat Ibu menaruh harapan banyak kepadaku. Setelah Ayah lama pergi, Ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Dari sinilah aku mempunyai tekad kuat bahwa aku bisa membahagiakan Ibu, dengan usaha keras dan dorongan Ibu untuk menyemangati setiap langkahku hingga aku bisa seperti sekarang ini di tempat yang aku impikan dari dulu.
Pagi ini hari pertama aku masuk kuliah. Aku tak ingin datang terlambat, tak sabar ingin merasakan bagaimana jadi mahasiswa baru (maba) bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai daerah. Ku sempatkan sarapan pagi sebelum berangkat kuliah supaya hariku tambah semangat. Pertama kali datang ke kampus tidaklah langsung di ruang kelas, aku dan Indah serta maba lainnya diperkenalkan lingkungan kampus terlebih dahulu oleh senior kami. Mengenal bagian-bagian kampus, ruang kuliah, perpustakaan, dan lain-lain yang ada di lingkungan kampus. Kami diajak jalan mengitari gedung perkuliahan setiap fakultas yang berbeda tak membuat kami merasa lelah karena senang menjadi maba. Kegiatan seperti ini kami lalui selama seminggu, dengan materi yang berbeda yang diberikan oleh senior kadang ada beberapa dosen juga yang ikut serta mengisi kegiatan ini.
Masa pengenalan kampus selesai, kuliah yang sebenarnya sudah menanti di depan mata. Aku dan Indah mengambil jurusan yang sama yaitu Akuntansi, tetapi dalam pembagian kelas kami berbeda, meskipun demikian kami masih sering berjumpa di kampus. Bahkan dalam sehari-hari kita selalu bersama karena kami satu kost. Indah memang teman yang baik, kadang ketika dia sedang teleponan dengan orangtuanya tak jarang memberikanku untuk bercakap dengan ibuku. Mereka sudah seperti keluargaku sendiri, terima kasih ya Allah aku ditemukan dengan orang-orang baik seperti mereka.
Memang menyenangkan jadi mahasiswa, seperti yang ku impikan dari dulu dan sekarang menjadi kenyataan. Kini aku mulai beranjak dewasa dan aku merasakan jatuh cinta kepada seniorku. Namanya Andre, dia termasuk mahasiswa aktif di kampus, banyak orang mengenalnya, karna sikapnya yang ramah dan mudah bergaul. Kami berteman baik, hingga berjalannya waktu kami berdua saling jatuh cinta. Untuk ke sekian kalinya aku dipertemukan dengan orang baik, setelah temanku Indah dan orangtuanya yang sudah seperti keluargaku dan sekarang kehadiran Andre menambah hidupku semakin bahagia. Ibu, ini semua karena doa dan ketulusanmu melepas aku di kota Bandung ini.
Kuliahku berjalan dengan lancar, sekarang sudah semester 7 dan sebentar lagi semester 8 aku akan lulus menjadi seorang sarjana. Wulandari, ya itulah nama lengkapku pemberian dari orangtua. Kata Wulan berasal dari kata bulan, harapan orangtua supaya aku menjadi bulan yang menerangi kegelapan malam. Alhamdulilah nama ini sesuai harapan orangtua, aku menjadi sosok yang memberikan kebahagiaan untuk ibu dan orang-orang di sekitar.
Kini aku memasuki semester 8, semoga menjadi semester akhir untukku. Tak ingin lama-lama menjadi mahasiswa, aku ingin segera lulus dan mendapat hasil yang baik lalu mendapat pekerjaan supaya Ibu bisa beristirahat dirumah. Aku melewati skripsi sebagai akhir dari kuliahku. Tidak mudah dalam pembuatan skripsi, kadang-kadang untuk menemui dosen pembimbing tidak tentu waktunya, namun aku tetap berusaha supaya cepat lulus dan di wisuda. Beberapa bulan lamanya aku melewati proses ini hingga mendapat hasil yang tak mengecewakan. Skripsi selesai dan waktu yang paling ku tunggu yaitu wisuda. Aku akan mengajak Ibu untuk menghadiri wisudaku.
Aku dan Indah telah lulus dan akan di wisuda bersama mahasiswa lain. Kami memberikan kabar gembira ini kepada orangtua di kampung halaman. Betapa bahagianya mereka mendengar kabar bahwa kami akan segera wisuda. Hari yang dinanti pun tiba, mereka datang dari kampung menghadiri wisuda kami. Andre juga datang di wisudaku, kebetulan dia libur kerja. Orang-orang tersayang datang di waktu yang paling membahagiakan. Aku memeluk Ibu seperti dulu ketika aku lulus SMA, aku juga mengenalkan Andre kepada Ibu.
“Bu, ini Andre. Dia orang yang baik dan juga yang selalu memberikan semangat kepadaku setelah Ibu.”
“Anak ibu sudah jadi sarjana sekarang, semoga ilmunya bermanfaat ya Nak.”
“Terima kasih, bu. Semua ini tak ada artinya tanpa doa dan restu dari Ibu.”
Dalam mewujudkan cita-cita kita harus yakin melaluinya bahwa kita akan berhasil, tak lupa meminta doa kepada orangtua dalam setiap langkah. Terima kasih Ibu, engkau sosok yang tiada gantinya di dunia ini.